Perbedaan Diploma dan Sarjana

Daftar Isi
Perbedaan Diploma dan Sarjana itu apa sih?
Mungkin pertanyaan seperti itulah yang terpintas di hampir banyak pikiran anak-anak yang telah menyelesaikan pendidikan SMA’nya dan hendak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.

Pendidikan perkuliahan akan ditempuh bagi seseorang yang telah menyelesaikan tingkat pendidikan pertama mereka selama 12 tahun. Melalui persiapan itulah, seorang siswa akan diajak ke dalam suatu bidang secara mendalam apabila ia melanjutkan pendidikannya ke jenjang perkuliahan.

Bingung??? Diploma apa Sarjana?
Setelah menyelesaikan studi dasar (SD,SMP, SMA), maka seorang siswa yang melanjutkan pendidikannya di jenjang perguruan akan memilih satu dari beberapa bidang atau jurusan dalam suatu lembaga institusi (Universitas, Politeknik, Sekolah Tinggi).

Namun tetap!! Seperti layaknya hidup. Pemilihan jurusan terkadang menjadi sebuah tantangan tersendiri karena jalur inilah yang katanya akan menjadi bekal kita setelah dewasa nanti.

Terlepas dari pilihan jurusan yang nantinya dipilih. Tetap ada satu hal yang sama pentingnya yang terkadang menjadi kebimbangan dalam memilih jurusan, yaitu pilihan program sarjana atau diploma?
Sarjana atau diploma?

Khususnya “fenomena” yang terjadi di Indonesia, kebanyakan dari mereka masih memandang program diploma secara sebelah mata. Sehingga yang terjadi adalah para siswa cenderung mengejar gelar sarjana, dan menjadikan diploma sebagai alternatif. Padahal yang seharusnya terjadi adalah siswa mampu membedakan mana yang memang sesuai dengan rencana hidup yang telah ia putuskan. Karena antara kedua program ini sudah sangat jelas berbeda.

Perbedaan dari Segi Penyelenggara
Perbedaan antara diploma dan sarjana terletak pada penyelenggara pendidikannya. Penyelenggara pendidikan tinggi dibagi menjadi 2, yaitu ; penyelenggara pendidikan akademis dan penyelenggara pendidikan vokasi. Penyelenggara pendidikan akademis meliputi universitas, institut, dan sekolah tinggi adalah penyelenggara yang membuka jalur utama program akademis seperti sarjana 1, sarjana 2, dan sarjana 3. Walaupun demikian, penyelenggara akademis tetap dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi sesuai undang-undang.

Sedangkan, penyelenggaraan pendidikan vokasi seperti politeknik, akademi, dan akademi komunitas adalah penyelenggara pendidikan yang hanya dapat menyelenggarakan pendidikan vokasi. Walaupun demikian, politeknik dapat membuka pendidikan vokasi dalam berbagai bidang, sedangkan akademi dapat membuka dua program (diploma dan sarjana) akan tetapi hanya dalam satu lingkup bidang ilmu, seperti contoh akademi perawatan.

Menurut Undang-undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi
Di Indonesia, pendidikan tinggi dibedakan menjadi 2. Yaitu, pendidikan akademis dan pendidikan vokasi. Pendidikan akademis merupakan pendidikan tinggi program sarjana dan program pasca sarjana yang memiliki fokus penguasaan ilmu pengetahuan yang diarahkan pada penguasaan serta pengembangan cabang ilmu pengetahuan dan teknologi.

Sedangkan, pendidikan vokasi merupakan pendidikan tinggi program diploma yang menyiapkan mahasiswa untuk pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu sampai program sarjana terapan (D4).

Lulusan sarjana berhak akan gelar Sarjana, dan gelar Master jika diteruskan ke S2 dan gelar Doktor jika diteruskan ke S3. Sedangkan diploma berhak akan gelar ahli atau sarjana terapan (D4). Jika pendidikan diteruskan pada jalur yang sama, maka berhak memperoleh gelar Master Terapan, dan Doktor Terapan.

Walaupun terdapat perbedaan antara pendidikan akademis dan vokasi, mahasiswa tetap dapat berpindah jalur pendidikan melalui penyetaraan. Seperti anda yang lulusan D3 dan hendak melanjutkan S1 maka melalui program yang dikenal dengan jalur Ekstensi. Hanya saja, sekarang jalur ekstensi telah berkurang keberadaannya karena program D4 yang setara dengan S1. Sehingga harapannya, lulusan D3 tetap melanjutkan ke jalur D4 (Sarjana Terapan).

Dalam bobotnya, perbedaan Diploma dan Sarjana memiliki perbedaan bobot. Pada program diploma memiliki bobot studi 40% dan bobot praktik 60%. Sedangkan program sarjana memiliki bobot studi 60% dan bobot praktik 40%.

Harapannya, program sarjana menyiapkan mahasiswa menjadi intelektual, berbudaya, mampu memasuki dan membuka lapangan kerja. Sedangkan, program diploma diharapkan mahasiswa dapat menjadi praktisi yang terampil dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Terlepas dari itu semua, tetap ada satu hal yang paling dan sangat penting yaitu, penyelenggaraan pendidikan yang bermutu.

Bisa kita lihat fenomena miris yang terjadi di Negara tercinta kita akibat gelar jauh lebih dipandang bila dibandingkan dengan keahlian. Hal ini tentu saja membuat manusia berbondong-bondong untuk memiliki suatu ijazah perguruan tinggi yang diyakini bisa memperbaiki kualitas hidup.

Namun, apa yang terjadi?? Sebagian dari mereka memutuskan untuk mendapatkan ijazah dengan cara cepat, dengan cara membeli ijazah palsu yang diterbitkan oleh perguruan tinggi bodong yang tidak memiliki surat izin penyelenggara.

Dicatat ada total 200 lebih kampus yang dinonaktifkan oleh Kemenristek Dikti akibat dari izin penyelenggara yang tak sah, dan beberapa pelanggaran seperti pengadaan ijazah palsu.

Untuk itu, perlu dicatat teruntuk seluruh siswa Indonesia. “Kuliah itu penting!! Memilih jurusan dan perguruan tinggi terbaik juga tak kalah penting” Oleh sebab itu, kuliah jangan asal kuliah. Agar nantinya kita dapat bersama membangun Indonesia menjadi lebih baik.

Selalu ingat, bahwa keahlian lebih penting dari hanya sekedar gelar. Dan karenanya kualitas pendidikan di Indonesia juga harus dipertimbangkan dan ditingkatkan, karena pada dasarnya pendidikan tinggi merupakan investasi mutlak bagi setiap individu.
Baca Juga : Softskill itu penting Loohh!!

Terimakasih. 
The Whisperwind
The Whisperwind Pria mochi yang gemar Gambar, Baca Buku, dan Cerita 🫰🌿. Visit 'My Galery' to see My ArtWork

Posting Komentar