Pengalaman Seru Naik Gunung Ungaran Semarang Part 2

Daftar Isi

 "Yukk,, naik bey!!" sambil cengengesan si Febri nyoba nahan ketawa setelah melihat kebodohan kita bertiga.

"Pak Nurul kie pancen og, meh tak bualang pake batu. Tenan ikii!! hahah" Bibir gue mencucu begitu kena prank Si Nurul. 

Part 1 disini guyss....

Pengalaman Seru Naik Gunung Ungaran Semarang Part 1

Ps : Maaf yah tulisan percakapannya sedikit berbahasa Jawa karena jujur, saat gue nulis ini ikut terbawa nostalgia suasana waktu itu. Jadi, gue tetap keep pakai bahasa Jawa walaupun banyak salah dipelafalannya karena gue cuma bisa bahasa jawa kasar dan simpel. heheh.. Maafkeun Eyang Suhu...

Gunung Ungaran memiliki ketinggian 2050 Mdpl.. yang artinya 2050 meter di atas permukaan laut.. gue nggak tau gimana caranya ngukur ketinggian gunung. Nggak mungkin dong ada orang sambil naik helikopter terus ngejatuhin meteran sampai ke bawah... Itu meteran mau sepanjang apa coba?? hahaha...

Setelah melewati gonjang-ganjing perjalanan yang maha dahsyat mengocok perut penuh air, gelapnya malam, dan udara dingin yang menusuk. Akhirnya kita tiba di POS MAWAR.

Iyah Pos Mawar.. Cantik yah namanya.. hehe #salfok.

Pos Mawar adalah Pos pertama pendakian Gunung Ungaran. Di sana merupakan tempat checking dan pendaftaran oleh petugas..

Jadi semua orang-orang yang naik ke gunung jumlahnya harus kedata, termasuk nama, alamat, dan nomor HP.

"Feb naik ke puncak kira-kira butuh berapa jam???" Tanya gue polos, saat gue sedang duduk di jok motor dan si Febri ngasih kunci motor ke gue.

"Nggak tau bey, gue kan orang Jakarta mana pernah naik Gunung Ungaran.. Mungkin 6 jam..." Jawab Febri disusul dengan langkah menuju kerumunan kelompok kita.

"HAHHH?? 6 JAM???" ekspresi mata gue langsung mendelik seraya kagetnya bukan main  sambil nelen ludah.. "Ini serius 6 jam jalan naik terus!! terus abis itu turun lagi.. ngapain coba??" Hati kecil gue mulai berbisik "Udah bay, nyerah aja!! ngerepotin doank lo mah!! pulang aja yuk!!" 

Tetapi lamunan gue langsung terpecah begitu mendengar teriakan dari Nurul.

"BAAAYYY?? MERENE!! Kita rapat dulu!!"

"Monggo Pak Suhu Gunung,, waktu dan tempat kami persilahkan!!"  Lanjut Nurul sambil mempersilahkan Agus untuk pengarahan dan pembukaan ACARA MUNCAK GUNUNG UNGARAN TEKNIK KIMIA TAHUN 2014..

Agus, Ismoyo, dan Temannya Gilang (*kalau nggak salah yah namanya) adalah 3 orang yang sudah berpengalaman dalam urusan daki mendaki dan medan yang akan dilalui untuk sampai puncak Ungaran.

Seperti biasa Agus yang sifatnya sedikit cool dan resmi (Nggak kaya gue yang orangnya sedikit bobrok.... hahah) membuka acara itu dengan salam. Agus memberikan wedjangan kepada kami sambil memutar kertas ke semua orang sebagai pendataan peserta.. 

Beberapa kalimat wedjangan yang gue ingat karena bikin hati gue sedikit bergetar adalah saat dia bilang :

"Di Gunung tidak ada yang ditinggalkan atau meninggalkan. Semua harus saling tolong menolong. Jika satu ada yang tidak mampu. Kita semua turun bersama"

Jegeeeerrrr,,, dalam hati gue mulai gelisah.. Gue khawatir kalau keberadaan gue nantinya malah ngerepotin mereka semua. Belum lagi kalau semisalnya gue kenapa-kenapa.. Gue pasti bakalan ngerasa bersalah banget kalau semisalnya karena gue kita semua harus turun sebelum sampai puncak..

"Should I give Up???" batin gue bergeming.... 

"Oke tas-tas yang berat bisa tukeran atau tukeran isi tas yang sekiranya berat...?" Lanjut Agus.

Kami pun langsung saling membuka tas untuk cek isi.

"Bayyy,, cawetmu meh di lebokno ning ndi??" Ledek Dani...

Sialan tuh anak... -__- masih ingat saja rupanya.. Padahal beberapa barang sudah gue tinggalkan di kos Pink. Hanya ada 1 baju ganti, tisu basah, tisu kering, sendok 4 biji, air minum 1.5 liter, cawet 1 (heheh), Indomie 7 pack, jas hujan dan Payung lipat. Hahaha

"Oh ya air minum...? yang bawa siapa aja??" Lanjut Agus..

"Meee,, Meee,, Gueee,, gueee... *Dengan semangat gue langsung buka tas .. nihhh!!!" jawab gue sambil nunjukin 3 botol Aqua 1.5 liter.

"Busett akeh men bay???" Tanya Dani.

"Persediaan Dan, buat kita-kita.. Kan kalau habis ribet ntar. Mau cari di mana coba..!!"

Persediaan air di sebar ke semua tas. Untuk mempermudah pembawaan. 

"Oke, Moy kowe ambe Gilang ning depan yah? Aku, Nurul ambe Bayu jalan ning belakang.. Oh ya, nanti semisal ada yang nggak kuat nggak usah malu buat bilang. Bilang langsung biar kita Stop buat istirahat..!!" Pesan Agus.

Tidak lupa untuk berdoa bersama.. Langkah kami (22 orang) memulai perjalanan penuh makna menuju puncak Gunung Ungaran.. Hahahah

*Sound Begin.... Teneneneng tenene'ne'neng 

Angin bertiup dengan kencang, Udara semakin terasa menusuk tulang, jalanan mulai terasa mendaki menapaki jalan setapak ukuran 1 meter membelah belantaranya pepohonan..

Sangat disayangkan. Foto malamnya tidak ada. Karena kami takut untuk menggunakan Flash kamera yang dibawa di malam hari. Kamera handphone pun, Tahun 2014 kamera ponsel belum secanggih sekarang yang bisa ambil gambar Night Mode.

Hape gue aja, pas itu masih HP Galaxy Young.. haha dan sama sekali nggak mikir buat ngambil gambar.

"Gus berapa jam toh iki??" Tanya gue sambil main-mainin arah senter.

"Yahh paling 4-6 jam beyy!!" 

"Yang bikin 6 jam apa??" Gue, tanya balik...

"Istirahat... wkwkwk"

Bobrok juga yah gue nanya hal nggak berbobot kaya gitu.

Depan gue ada si Eka. Wanita strong asal Kota Fakfak Papua yang kuliah di sini. Karena gue sama dia udah sering bercandaan, dan hubungan kami lumayan dekat. Selama perjalanan gue ledekin Si Eka sebagai pemecah suasana.

Perjalanan kami pun dipenuhi dengan candaan dan tawaan dengan volume yang agak ditahan. Maklum kita nggak mau tertawa sampai terbahak-bahak mengingat tempat ini adalah tempat asing.

Perjalanan kami pun terasa lebih hangat di tengah-tengah derunya dingin yang menusuk.. Saat itu, malam terasa lebih gelap dari biasanya. Mungkin karena tidak ada bulan yang membantu penyinaran kami. Hanya ada kilauan dari 5 buah senter, suara obrolan, dan suara gesekan pohon pinus saling beradu tertiup angin.

Kondisi sekitar cukup gelap. Hingga jarak pandang hanya sebatas bayangan-bayangan pohon dengan jurang di samping kanannya.

Sialnya,, kondisi sedang kaya gini. Ujung mata mulai celingak celinguk melihat sana sini..

"Bay, ndelok opo toh?? jangan liat-liat ntar ada yang keliatan" Nurul berbisik..

"Hussh kowe toh pak... Ojo medeni...!" jawab gue..

"Bay enaknya nanti makrab dimana yah??" Sambung Nurul ngubah topik pembicaraan..

"Efrata wae meneh pak.. Adem.. Track buat hikingnya udah ada.. Yah walaupun dinginnya super dingin, dan kita harus tidur di tenda. Tapi bagus.. Yo ora gus??.." Jawab gue.

HimaTekkim adalah Himpunan Mahasiswa Profesi Jurusan Teknik Kimia atau ibarat kata kaya organisasi BEM hanya saja ini tingkatnya jurusan. Kalau BEM kan ada yang tingkatnya Universitas sama fakultas. Jadi di Unnes itu ada Universitas di bawahnya ada Fakultas, di bawahnya lagi ada Jurusan, dibawahnya lagi ada Prodi atau Program Studi

Nurul kebetulan adalah Ketua Himatekkim periode itu.

Agus adalah Ketua departemen Sosial Development Himatekkim.

Dan gue sendiri adalah 'anggota' Public Relation and Communication Himatekkim. Jadi, wajar yah kalau gue agak sedikit cerewet.

Saat itu, memang dalam kurun waktu 2 bulan lagi kami hendak mengadakan Malam Keakraban atau Makrab dengan mahasiswa baru dalam rangka mempererat hubungan antara mahasiswa.

"Ojo ahhh,, bosen bay!!!" Timpal Agus tidak setuju.

"Yah disitu kan murah pak?? heheh biar nggak banyak anggaran daripada di gedung songo...." Pendapat gue yang kemudian diangguk oleh Nurul setuju.

Kemudian kami terdiam...

Obrolan mulai terasa pelan.. Candaan pun semakin sedikit sunyi... kecuali Ipung dengan Uswa, yang gue lihat mereka asik dengan dunia mereka sendiri. Yah, mereka berdua adalah pasangan anyar antara kakak kelas dan adik kelas. Satu-satunya pasangan dalam gerombolan kami.

"Liat geh pak, itu Ipung sama Uswa.. So sweet beud yah??" 

"Hmmmm" Jawab Nurul tidak tertarik..

"Bay kamu kalau capek bilang loh yah...!" Agus nyambung...

"Iyah Gus,, Tenang wae..."

"KITA ISTIRAHAT DULU YAH!!" teriak Ismoyo dari depan karena Isna mulai kelelahan.. Kami pun kemudian mengambil posisi masing-masing untuk duduk dan mengoper air minum..

"Gus tibakno toh, aku nih kayanya yah salah kostum yah??" Tanya gue ke Agus sembari ngoper air minum ke Bahi..

"hahahahah, yo ho'o og bay... Harusnya tuh kamu pakai celana jogging atau celana training.. Lah iki pake celana Levis..." Jawab Agus sambil cengengesan.

"Yahh kenapa pas di kos nggak ada yang ngasih tau... Abot tau jalan pake outfit ngemall kaya gini.." Gerutu gue kesel begitu sadar kalau gue pake baju kaos diselubungi jaket dan celana levis yang sedikit mengetat di area bagian kaki.

Setelah istirahat dirasa cukup, kami pun melanjutkan perjalanan...

Gunung Ungaran Terdiri dari 4 Pos.

Pos Pertama namanya Pos Mawar, tempat registrasi.

Pos Kedua saya lupa namanya apa. Tapi yang jelas di sana ada aliran air yang katanya berasal dari sumber aliran mata air pegunungan yang biasa dipakai pendaki buat refill minuman dan air.

Sedangkan, Pos Ketiga merupakan pos yang berbentuk lapangan ditengah-tengah kebun teh yang saya sendiri juga heran. Kenapa ada kebun teh di tempat setinggi ini.. Kemudian Pos Terakhir Puncak Ungaran itu sendiri.

Dari pos pertama hingga ketiga, jalanannya berbentuk setapak, mendaki, berbatu dengan lebatnya pohon-pohon yang menemani kita. 

Namun pendakian sesungguhnya adalah perjalanan dari Pos Ketiga menuju Pos Puncak.

Agus bilang, untuk sampai puncak dari pos ketiga butuh waktu 1.5 - 2 jam perjalanan bagi orang yang biasa muncak.

Karena medan yang akan dilalui cukup tinggi dan sulit. Dia mengingatkan kembali untuk tidak terlalu memaksa jika kelelahan.

Jalanan yang harus dilalui adalah jalanan yang super mendaki, dengan batang pohon yang super besar, dan bebatuan besar. Kebayang nggak seberapa sulitnya buat ngelewatin rintangan demi rintangan.

Pada Akhirnya, karena waktu sudah menunjukan pukul 3 pagi. Sedangkan ada 3 tenda yang harus didirikan. Dengan terpaksa kita harus split menjadi 2 kelompok. Kelompok  pioneer atau pendiri tenda dan kelompok sekunder.

Well, guess which group yang ada guenya?? hahahah

Sebut saja Gue, Isna, Eka, Pak RT Mukti, Fauzi, Agus, dan Ismoyo masuk ke dalam tim sekunder..

Fauzi, Agus, dan Ismoyo sudah bagaikan tangan dan kaki kami selama perjalanan. Yapzz kita berempat kesulitan untuk melewati rintangan yang ada dan harus sering mengambil waktu untuk istirahat.

"Kita balik aja yuk, gue udah nggak kuat???" Keluh Eka mulai kelelahan. 

"Bentar lagi kok ka. Kita istirahat dulu aja..!" Momoy aka Ismoyo menjawab.

"Ayoo Eka semangat..." Gue mencoba memberikan semangat kepada dia dan gue sendiri.

"Iyahh sebentar lagi kok ka.. 30 menit juga sampai...." Agus menambahkan.

"Gue minta air donk??" Sambung Isna...

Dalam hati, gue salut sama diri gue sendiri. Nggak pernah nyangka gue bisa menempuh jalan sedemikian susah dan sedingin ini tanpa ngisap inhaler. Karena biasanya asma gue selalu kambuh begitu hujan deras dan udara mulai dingin. Tapi Thanks God, Allah ngasih gue tenaga lebih saat itu.

Perjalanan kami masih terus berlanjut. Uluran tangan masih terus saling menggapai. 

Jujur saat gue nulis ini, hati gue sedikit gemetar mengingat betapa solidnya kita saat itu.. Mencoba melewati rintangan yang ada bersama-sama. Sebuah pemandangan yang tidak bisa dilihat setiap hari.

Pengalaman menaiki gunung membuat gue sadar betapa pentingnya orang-orang di sekitar kita. Yang saling peduli, saling tolong menolong, dan untuk tidak egois.

Gue merasa bersyukur diberi kesempatan untuk berada di tengah-tengah mereka dalam waktu yang singkat ini.

Istirahat demi istirahat yang kami lakukan. Akhirnya membawa kami beberapa langkah menuju puncak setelah menempuh hampir 7 jam perjalanan. Dari lokasi tenda di seberang bukit sana. Terlihat anak-anak tim pioneer menyambut kami sambil melambaikan tangan.

Langit mulai menampakkan jingganya. Angin berhembus cukup kencang dan dingin.. Tak kuasa menahan dingin. Kini jaket gue terbungkus oleh Jas Hujan.

Kami sampai Puncak pukul 5.00 pagi dari memulai perjalanan pukul 10 malam.

Di atas puncak gunung ungaran, kami bergantian untuk sholat subuh dan berakhir dengan kaparan anak-anak saling dempet-dempetan dalam tenda mencoba mengistirahatkan sang kaki yang telah berjuang keras..

Sayang banget, moment yang mungkin hanya sekali terjadi seumur hidup harus terlewat. Yah gue tertidur di dalam tenda dan tertinggal untuk lihat indahnya matahari terbit dari atas gunung...

Moment that I never want to forget.....!! Gunung Ungaran 8/11/2014

Paginya tak lupa foto-foto dan mengeluarkan perkakas masak mie..

Well, guess what...

Di puncak kita bareng-bareng masak mie dari berbagai merk dalam satu panci.. haha.. IYAHH SATU PANCI... GUE AJA BINGUNG NGERASAIN RASANYA...

Sebut saja merknya. Ada mie sakura, Sarimi isi dua, popmie, mie sedap, Indomie goreng, indomie soto, ayam bawang, kari ayam, dan rasa lainnya.

Mie Instan rasa nano-nano... :)

Kita aduk mereka semua dalam satu panci...

Suprisingly, mie yang jadi pun rasanya enak bukan main... 😁😁😆  ENAKK BANGEEETTTT.. ASIN-ASIN GIMANA GITU...

Mungkin karena kami makannya bareng-bareng. 

Sambil duduk di atas batu, gue melihat Kota Semarang terlihat lebih kecil dari atas sini.. gelombang awan terlihat sangat dekat. Tenda-tenda saling berdiri dengan gagahnya. Para pemuncak lain sibuk dengan candaan dan tawaan mereka..

Puncak Gunung Ungaran

Hayoo tebak gue yang mana??? Hahahah. Itu bendera HimaTekkim sampai dibawa-bawa..

Gue... bahahah..

What a sight!!!

Jam 1 siang saat matahari sedang terik-teriknya. Kami kembali turun mengingat besok sudah harus kuliah.

Tidak lupa bawa balik turun sampah-sampahnya... :)

Agus dan botolnya... Caption apaan nih!! wkwkwk

Kasihan Isna.. wkwkwk

Jam 8 malam kami sampai di Kos Pink. Gue terkapar di atas lantai ruang TV bersama Wawan, Dani, Bahi, dan Hermawan dengan perasaan bangga dan kaki yang terasa seperti besi 'Kaku'...

Penampakan TV ajaib serbuan anak-anak Kosan

The End...

The Whisperwind
The Whisperwind Pria mochi yang gemar Gambar, Baca Buku, dan Cerita 🫰🌿. Visit 'My Galery' to see My ArtWork

48 komentar

Ngobrol Kuyy,,, biar makin sayang.. 'Eaakkhhh bisa aja lu buntelan Karung Goni!! 🫣🤣'
Comment Author Avatar
21 November 2020 pukul 20.43 Hapus
asik yah mendaki gunung kalo kompak gituh, momennya ga bakal terlupakan
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 17.56 Hapus
Asik banget pokoknya Mas Intan ini aja saya nulisnya sambil nangiss terharu ngingat dulu.. wkwkwkwk. Masih belum bisa move on.
Comment Author Avatar
21 November 2020 pukul 20.52 Hapus
Akhirnya setelah pendakian yang melehlahkan tapi penuh suka cita akhirnya luh sampai juga Bay jam 5 pagi....Hampir 7 jam lebih berarti yaa...😳😳 Wuuiih keren akhirnya bisa photo2 juga sambil menghilangkan sisa lelah akibat pendakian..😊😊

Dulu sewaktu masih hobi naik gunung gw paling suka kalau pagi itu motret matahari terbit..Wuuiihhh menurut gw paling enak kalau pagi berada dipuncak gunung itu sambil melihat matahari terbit..😊😊

Jadi kangen ingin daki gunung lagi...Apa masih kuat atau tidak nih..🤣🤣🤣
Comment Author Avatar
22 November 2020 pukul 12.12 Hapus
yok mas mendaki gunung, yang kembar lebih menarik haha
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 17.59 Hapus
Iya yah hampir 7 jam...? wkwkwkwkwk kebanyakan istirahat.
Iyah foto2nya seruu.. makan barengnya juga seru...

Masih kuat lah mas... apa makin hari makin cipluk perutnya?? wkwkw
Comment Author Avatar
25 November 2020 pukul 07.54 Hapus
@Mas Intan...Kalau Daki gunung kembar mah setiap hari juga aku semangat terus Beeehhhhaaas...🤣🤣
Comment Author Avatar
22 November 2020 pukul 09.44 Hapus
Orapopo mas Bay, njenengan nulis'e pake Boso Jowo. Wess. Aku mudeng kok, sedikit-sedikit. Aku wong jowo jugo, yang tinggal di Sumatero, tapi ra iso ngomong boso Jowo, iso ne sedikit wae hahaha.

Bener ndak ini grammar ku mas Bayu hahaa
Comment Author Avatar
23 November 2020 pukul 15.26 Hapus
kalo salah pun anggap aja bener mas, aku ga ngergi juga sih wkwkwk
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 17.59 Hapus
Bnerr kok Mas Dodo.. hahah udah fasih itu malah... :D
Comment Author Avatar
28 November 2020 pukul 17.31 Hapus
Eaaalahhh, kalian ternyata dho gak iso omong Jawa thooo...
Comment Author Avatar
22 November 2020 pukul 11.20 Hapus
So, finally cawet'e di lebokno endi ?, Hahaha ...
Ora dinggo dobel tooow ...,wwkkk...

Sumpah terhibur banget baca story serunya trekking ke Gunung Ungaran yang katanya ada goa Jepang iniii ....
Lainkali yuk kita nggunung batrngan, maaas ...

[Maaf yei kucampur aduk juga pakai bahasa Jawa ��]
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.02 Hapus
Cawetnya bawa satu buat di kibarin pas udah sampe puncak nnti mas Hima..... wkwkwk
Harusnya dulu kepikiran buat di dobel yah, dingin banget soalnya diatas.. hahaha
Oh ya ada goa jepangnya??? kok saya baru denger yah..

Hayuuukk mas,, muncak bareng... tapi saya nggak yakin sih masih kuat atau nggak. Soalnya badannya makin ciplukk... ahahaha
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 09.14 Hapus
nah kayaknya seru tuh, goa Jepang, jangan lupa foto foto nya yang bagus biar jadi konten bagus hihi
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 14.50 Hapus
Hayook mas Sudibjo mau pake cawet dobel juga kah ...., biar ngga kedinginan kayak mas mochi ... ?, Wwkkk ..

Ada, gua Jepang di gunung Ungaran, mas. Tjakep buat lokasi fefotoan.
Aksesnya dari jalur dekat candi Gedong Songo.
Tapi banyak yang cerita, juga pernah buat acara shooting uji nyali katanya ... spooky 👻
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 15.01 Hapus
Ouhh iyah... Pernah dikasih tau kalau ada jalur lain yang ngelewatin gedong songo.. Tapi kemarin kita lewatnya jalur mawar.. pantes nggk liat kalau ada goa.. Harusnya kita lewat situ siapa tau ada huntu lewat... hehe
Comment Author Avatar
22 November 2020 pukul 12.10 Hapus
Aku bayangin tengah malam.dengan medan yang berat tapi akhirnya sampai puncak .
Wah sayang sekali pas moment matahari terbit malah ketiduran ya ? Wkwkwkwk😀
Tapi paling nggak sudah puas kesampaian mendaki gunung Ungaran. Benar-benar Unforgotten moment..
Sip sharing pengalaman naik gunungnya.👌
Comment Author Avatar
22 November 2020 pukul 12.15 Hapus
Maaf ada typo nya harusnya Unforgetable moment.
Mie instant nya rasa nya enak ya dicampur aduk dan dimakan rame-rame barengan. Mantul 👌. Yang penting moment kebersamaan saling tolong menolong .
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.04 Hapus
Iyahh sayang banget malah ketiduran... Mereka nggk pada bangunin lagi... efek kecapean kayanya... kwkwk walaupun tidurnya sebenernya nggak nyenyak karena cuaca paginya dingin bangettt kaya di Es.

Iyahh mantul bangett mba.. Syedaaappp.. Padahal rasanya macam-macam
Comment Author Avatar
22 November 2020 pukul 21.45 Hapus
Enaknya kalau mendaki gunung, apalagi kalau sampai puncak senang banget.
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.06 Hapus
Iyahh bersyukur kita bisa sampai puncak walaupun banyak dramanya...
Comment Author Avatar
25 November 2020 pukul 07.57 Hapus
Betul mas Bay....Sampai puncak gunung sudah..Tinggal mencari puncak asmara saja yee..🤣🤣
Comment Author Avatar
23 November 2020 pukul 04.54 Hapus
indah banget ya mas, kagum, ketika sampai atasnya pasti sejuk banget tuh sepertinya, he-he
berpetualang rame-rame bareng teman-teman memang asik ya mas, saling dukung dan saling bantu, ngomong-ngomong ada fenomena mistis tidak mas, he-he
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.07 Hapus
Wahhh seruu bangettt...
nggak ada sih saya sih mas.... Nggak mau ngebayangin kaya begituan karena dasarnya emnk agak penakut..
Comment Author Avatar
23 November 2020 pukul 10.27 Hapus
bener banget sih, naik gunung jadi bisa sadar betapa pentingnya orang2 di sekitar kita, saling peduli dan saling support memang sangat dibutuhkan ya mas Bay. duh jadi kangen naik gunung, kayaknya dulu aku juga naik gunung tahun 2014an deh
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.08 Hapus
Iyhhh mba bener.. Terus katanya Naik gunung juga bisa ngebuka sifat-sifat orang.. Dan yah ternyata saya di tengah2 lingkungan orang baik yang nggak mementingkan diri sendiri... Alhamdulillah...
Comment Author Avatar
23 November 2020 pukul 19.49 Hapus
Mie instan kalau dimakan dimana aja selalu enak banget ya 🤣
Bayu dan teman-teman patut diacungi jempol untuk ke-solid-annya dan kepeduliannya dengan alam saat membawa balik sampah-sampah hasil pendakian. 4 jempol untuk kalian 👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.10 Hapus
Iyahh Lia.. Kan kita cuma pengunjung di sana... Sampah yang ditinggal di tempat tinggi kaya gitu pasti nggak bakal ada yang ngambil karena nggak ada tukang sampah kaya dirumah.. eheheh
Apalagi sampah kita kebanyakan plastik yang terdegradasinya lama, jadi harus dibawa pulang...
Makasih mba 4 jempolnya.. wkwkw
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 18.30 Hapus
Ngakak banget bayangin yg ngukur gunung pake helicopter dan meteran hahahahaha ... Eh tapi aku jg ga ngerti mas cara ngukurnya kok bisa bilang 2050 MDPL :p. Anak matematika pasti ngerti yaaa, sayangnya otakku memang ga sampe kalo udah menyangkut angka2 dan hitung2an, kecuali hitungan duit hahahahahah..

Issshhhh aku bisa kebayang gimana kalian senengnya bisa muncak bareng :). Gunungnya bukan main2 pula. Aku blm prnh ngerasain naik gunung, padahal mantanku ada yg pendaki gunung profesional skr hahaha :p. Pernah naklukin Everest Ama team Wanadri dulu. Boro2 Everest, aku pas naik puncak sikunir aja lgs nyerah di pos pertama 🤣🤣🤣
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 07.42 Hapus
Tapi kayanya ngukur gunung itu kerjaannya orang2 geografi deh mba.. ehh iyah nggk sih?? saya juga bingung.. hehe
Iyah kalau duit, saya juga yang paling garcep.. eheheh

Wowo gunung everest... itu WOW banget sih..
Ohh iyah sikunir.. belum dpet kesempatan buat kesana sih.. tapi kayanya dingin banget karena dia masuk wonosobo kan yah...
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 19.26 Hapus
Pemandangannya cakep uy.
Btw, itu kebun tehnya tinggi amat, di atas gunung gitu.

Kebersamaan saat mendaki emang jadi cerita sendiri Mas, soalnya disitulah serunya mendaki gunung.

Jadi kangen mendaki gunung bareng temen-temen kost.
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 07.44 Hapus
Iyahh kan??? aku juga mikir gtu... Tapi pas kita turun kita ngeliat satu ibu lagi metikin daunnya..
Ibunya baik bangett...
iyahh bner kebersamaannya itu yang bikin anget.
yukk mas ngegunung lagi... :))
Comment Author Avatar
24 November 2020 pukul 19.37 Hapus
Gunung Ungaran ini pemandangan dari jendela kamar kos saya di Tembalang Semarang dulu. Ga kesampaian mendakinya tp akhirnya bisa tahu jg sensasinya dari cerita mas. salam kenal!
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 07.44 Hapus
ohhh dulu sempat tinggal di Semarang juga yah mba...??
Iyah salam kenal juga yah...
Comment Author Avatar
25 November 2020 pukul 19.02 Hapus
Gak salah tuh mas bay??? Mie dalam mangkuk kecil dibagi sama banyak orang yang ada kelaparan tingkat dewa lho??? Oh ya itu rutenya berapa kilometer itu , udah jalannya terjal pula kalau Tari pasti dah pingsan duluan. 🤣😹😸😅😆😂🤫🤭🤭🙏🙏
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 07.45 Hapus
Iyah pancinya cuma bawa satu.. jadi kita makan bareng satu panci.. Kalau mienya banyak sih... kita masak smpe beberapa kloter..
Comment Author Avatar
25 November 2020 pukul 19.17 Hapus
si agus cool bener ya...ckckckckkc

#e salpoks buhahhahahahhaha


oh em jiiii...piwe sih bey kok munggah gunung anggone levis, yo abot nak udan...oh asline bisa jawa ngokk tok ya...berarti bukan wong jowo asli po piye hahahha

#just kidding

itu pas di kebon teh kebacanya seger banget

tapi yo medeni nu..pas bengi sisihe jurang mung sangu swnter...eh ini senter apa headlamp?

makan di alam memang apa aja jadi enak...senajan cara masake wes mboh kpiye carane tapi ndilalahe karena adanya itu ya enak enak ae ya hahhahahah
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 07.48 Hapus
Iyahh yang namanya Agus cool sih.. Nih kaya yg dibawah komentar saya mba... namanya yah juga agus.. wkwkwk
Emnk og mba.. Aku yah bingung,, baru nyadar pas udah naik.. Udah mana celananya agaksempit.. ahaha
Iyahh seger mba emnk...
Kita cuma bawa senter sorot sih mba...

Aku orang jawa kok mba.. Tapi besar di Banten.. ahahah Aku asli Temanggung.. Tetanggaan sama Mas Himawan.
Comment Author Avatar
25 November 2020 pukul 21.51 Hapus
Sudah capek-capek naik gunung eh pas matahari terbit malah ketiduran ya mas, mungkin karena saking capeknya habis manjat gunung Ungaran kali ya.

Sebuah kenangan yang tak akan terlupakan ya mas Bayu. Apalagi naik gunungnya rame rame, jadinya makin spesial. Salut juga turun gunung sambil bawa sampah.
Comment Author Avatar
26 November 2020 pukul 07.50 Hapus
Iyahh asem ik emnk... Capek banget... tapi yaudah nggak papa..

Hmmm bner mas.. Kenangan banget buat saya.. Rame-rame gitu berasa hangat aja momennya.
Comment Author Avatar
28 November 2020 pukul 17.32 Hapus
Sayang banget, moment yang mungkin hanya sekali terjadi seumur hidup harus terlewat. Yah gue tertidur di dalam tenda dan tertinggal untuk lihat indahnya matahari terbit dari atas gunung... ====> Ini ngeselin, tragis, tapi sekaligus bikin ngakak klo dikenang sekarang. Bahahahaha!
Comment Author Avatar
29 November 2020 pukul 11.19 Hapus
Iyahh sedih banget mba.. tapi yaudah, saya ikhlasin aja. Kan nggak mungkin kalau saya minta mataharinya buat turun lagi terus kembali terbit.. wkwkw
Comment Author Avatar
28 November 2020 pukul 20.19 Hapus
Akhirnua baca kelanjutan mendakimu Bay!
Wkakaka.. masak g ada yang ngingetin sih buat pake training apa kain gitu? Buset, kek gimana itu rasanya, naik gunung pake celana jeans?
G makin adem Bay? Soalnya aku ke Bromo dan songong pake jaket jeans, bukannya anget makin menggigil. 😂
Comment Author Avatar
29 November 2020 pukul 11.21 Hapus
Iyh gitu pit rasanya.. nyerimpet dan kaku.. wkwkwk
Comment Author Avatar
28 November 2020 pukul 23.48 Hapus
cantiknyaaa pemandangan :)
Comment Author Avatar
29 November 2020 pukul 11.21 Hapus
Iyahh Alamnya emnk bagus dan cantik...
Comment Author Avatar
29 November 2020 pukul 10.09 Hapus
mie instan rasa nano nano :D, apa aja kalau dimakan rame rame tetep enak
aku kalau naik naik tracking malem hari nggak pernah berani liat sana sini, bisanya nunduk aja wkwkwkwk, kayak waktu ke waerebo, mbuntut aja dibelakang temen, disuruh ati ati ya ati ati, tapi mata tetep liat bawah aja, lahh di dalem hutan gelap gulita juga ga keliatan apa apa
Comment Author Avatar
29 November 2020 pukul 11.23 Hapus
Iyah Mie Instannya enak padahl campur2 segala bumbu..
Waerebo Flores mba Ainun???
Ihhh saya pengen banget kesana.. Tapi belum kesampeann...
Comment Author Avatar
10 Desember 2020 pukul 14.44 Hapus
coba kalau hujan, pasti celana jeans-nya bakal terasa lebih berat dan tambah dingin. Celana jeans memang tidak digunakan untuk naik gunung mas :D
Perjalanan naik gunung ungaran memang baru kerasa setelah pertigaan kebun teh. Mungkin pas nanjak juga ngerasain bisa sampai cium lutut segala...hahhaha

Oyaa, ngukur gununug itu biasanya dilakukan anak geodesi. Kalau jaman dulu biasanya menggunakan alat ukur dengan memanfaatkan peta dan titik tinggi yang ada di sekitar puncak. Kalau sekarang bisa menggunakan alat altimeter, gps, dll