Ramadhan Part 2, Symbicort
Salah satu tantangan yang kerap muncul setiap gue melakukan ibadah puasa di Bulan Ramadhan adalah keberadaan si Doi alias Asma yang gue punya sejak bertahun-tahun lamanya.
Hal ini dikarenakan, gue punya asma yang sensitif atau gampang banget terpicu dengan banyak list alergi. Beberapa contohnya seperti asap rokok, pilek, beberapa aroma parfum, serbuk bunga, udara lembap, udara dingin yang ekstra, dll.. Jadi, gue mungkin nggak bakalan cocok kalau di bawa ke tempat yang sedang musim bunga atau musim salju. hahaha š *garing krik-krik*
Apalagi ditambah golongan asma yang gue punya tergolong Persistent alias agak sulit buat di tidurin lagi kalau udah masuk mode serangan.
Fyi : Pada penderita Asma, gue selalu bilang kalau kita punya 3 mode. Apa saja? Yang pasti bukan mode Sannin, karena itu kepunyaan Pak Anton. Wkwkw š¤£. 3nya itu ada Mode Gejala, Mode Serangan, dan Asmatikus.
Bisa gue bilang, hampir semua pengidap asma pasti pernah atau sering mengalami gangguan seperti batuk-batuk, dada terasa tertekan, dan banyak lendir di kerongkongan pada malam hari sehingga membuat kita sulit dan kekurangan tidur. Walaupun seringnya terjadi di malam hari. Tetapi gejala ini juga bisa muncul di siang hari saat beraktivitas.
Dan biasanya gue menggunakan tanda-tanda ini sebagai sinyal kalau gue butuh Me Time alias duduk istirahat dengan posisi tegak dan nyaman untuk mengatur nafas agar meregangkan kembali otot-otot pernafasan yang mulai kaku.
Semisal saat gejala, gue terus memaksakan aktivitas, biasanya gue bakalan masuk ke mode serangan alias Jalur nafas bakalan menyempit, bunyi suara mengi, kesulitan bernafas dan bla-bla-bla kemungkinan lain yang bisa terjadi. Salah satunya nggak sadarkan diri karena level saturasi oksigen dibawah normal.
Dan disaat inilah Obat Pelega atau inhaler take an action untuk membuka kembali jalur pernafasan.
Jadi, saran gue kalau kalian melihat atau punya rekan kerabat yang sedang mengalami serangan asma dan struggle dengan devicenya. Please jangan dijauhin atau dikira covid19.
Jangan sampai rasa takut kita menutupi rasa kemanusiaan kita ya. Tapi ya kembali lagi sih ke masing-masing, karena waspada juga sama pentingnya demi menjaga orang-orang di rumah apalagi di era pandemi kaya gini.
Tetapi semisal kalian bertemu dengan pengidap Asma yang sedang kambuh. Kalian bisa dekati, dan bantu sebisanya seperti mengendurkan pakaiannya, membantunya duduk ke posisi yang tegak dan benar, elus perlahan pundaknya, tidak ikutan panik dan bantulah menggunakan devicenya ketika mereka mengalami kesulitan.
Lihatlah perkembangan selama 5 menit pertama setelah penggunaan obatnya. Jika, kondisinya tidak ada perubahan dan semakin parah. Segera hubungi tenaga medis terdekat.
Tidak perlu khawatir tertular, karena Asma bukanlah penyakit menular. Kita hanya punya saluran pernafasan yang lebih sensitif daripada orang pada umumnya.
Lalu apa itu Asmatikus???
Asmatikus adalah kondisi lanjutan dari serangan asma yang terjadi. Kondisi asmatikus merupakan kondisi dimana penderita asma sama sekali tidak atau lambat dalam merespon obat yang diberikan dan ini butuh tindakan medis segera karena jika terlambat maka dapat menyebabkan kematian.
Namun, untuk orang awam pasti sulit untuk mendiagnosis suatu gejala asma apakah sudah memasuki tahap asmatikus atau belum karena memang sulit untuk di kenali. Namun, satu hal yang pasti asmatikus seringnya terjadi kepada penderita Asma yg kronis yang bila melakukan aktivitas perlu adanya perhatian khusus dari orang-orang terdekat alias nggak bisa ditinggal sendirian.
Oh ya, bagi beberapa penderita asma ada yang berlaku peraturan akumulasi. Maksudnya apa?? Maksudnya adalah Saat penderita asma menerima zat pemicu asma masuk ke dalam saluran pernafasan. Akan ada momen dimana gejala dan serangannya nggak langsung muncul alias diam dan terakumulasi didalam. Biasanya serangannya bakalan muncul sewaktu malam hari tiba saat tengah malam.
Nggak jelas kan ya si Asma ini? Datangnya selalu dadakan dan sesukanya dia.
Makanya, PR kita sebagai pengidap asma adalah jauh-jauh dari pencetusnya. Tapi sayangnya, masyarakat di Indonesia sepertinya masih kurang aware sama kondisi kita. Bukannya mau di spesialin yah. Faktanya, gue masih nemu Rekan-rekan kerja gue yang jojong merokok di tempat ruangan Ber-AC yang jelas-jelas ada sign "NO SMOKING" gede terpampang jelas di dinding. Kalau sudah begitu. Biasanya gue langsung keluar buat nyari spot lain.
Sangat disayangkan sih, mengingat musuh utama sebagian besar pengidap asma adalah asap rokok. Menurut gue, pelaksanaan regulasi aturan merokok di Indonesia masih perlu perbaikan.
Makanya gue selalu salut sama orang-orang yang tahu tempat buat merokok. Kaya Toni contohnya, dia itu perokok berat yang tiap hari bisa habis hampir satu bungkus, tapi dia selalu tahu diri dan tahu tempat buat nggak merokok di tempat umum yang terbuka. Good job Ton!! Meskipun gue berharap lu bisa berhenti dari kebiasaan ini.
***
Well, Intronya panjang juga ya š... wkwk. Padahal gue cuma pengen cerita yang dibawah ini.
Asma yang gue punya cenderung langsung kambuh saat gue menerima pencetusnya. Pada bulan puasa, Tantangan buat gue adalah saat serangan asma terjadi. Kalau asma gue udah kambuh biasanya gue langsung buru-buru buat ngisap dan bakal gue hitung kalau hari itu puasa gue batal meskipun gue nggak minum atau makan setelahnya.
Sebenarnya, kondisi ini nggak pernah ada yang bahas. Dokter gue selalu bilang kalau kegiatan ini nggak membatalkan puasa karena obat yang dihisap langsung masuk ke paru-paru, tapi beberapa ulama ada yang bilang kalau ini membatalkan puasa dan ada juga ulama yang mengatakan kalau ini tidak membatalkan puasa.
Tapi sekali lagi, Agama tidak pernah menyulitkan atau memaksakan kondisi untuk beribadah saat sedang sakit.
Meskipun setelah mengisap obat gue terus melanjutkan puasa. Tetapi selama ini gue selalu menghitung puasa gue batal dan bakal gue ganti di bulan selanjutnya. Jadi gue hanya berserah diri kepada Tuhan yang tahu puasa gue diterima atau tidak. Karena sejatinya kan ibadah kita diterima atau nggaknya hanyalah urusan Yang Maha Kuasa.
14 April 2021
Hari itu jadwal gue kontrol setelah 3 bulan mangkir. hahah. *Nakal Emang... š* Betapa kagetnya sewaktu gue daftar. Dokter Paru yang sering meriksa dan kasih saran ke gue udah pensiun dan digantikan oleh dokter lain. Agak sedih sih š¢, soalnya gue sama beliau udah nyambung kaya bapak dan anak karena kita udah bersama sejak Tahun 2012. Dan beliau juga udah tau persis kondisi gue seperti apa.
Jadi pas bertemu dengan dokter baru. Gue agak sedikit awkward š. Mungkin karena dokternya perempuan kali yah. Beliau ngakunya umur 40an tapi masih cantik banget. hahah š¤£ *Salfok.*
Tapi karena ganti dokter baru. Hasil Evaluasi pemeriksaan hari itu jadi "Asma Terkontrol Parsial". Terus obat gue diganti sama yang lebih mahal ke Symbicort buatan AstraZaneeca yang harganya kisaran 180k per botol buat dosis 60x semprot.
Symbicort, Astra Zaneeca |
Symbicort ini salah satu jenis inhaler tipe pelega dan pengkontrol yang jadi satu. Soalnya selama ini, gue hanya menggunakan inhaler tipe pelega merk Ventolin yang hanya digunakan saat adanya serangan dan satu botol mungkin bisa bertahan 2-3 bulan.
Berbeda dengan Symbicort, Gue harus gunain obat ini tiap pagi dan sore setiap hari 1 kali semprot sebagai pengontrol dengan harapan gue nggak gampang kambuh saat menghirup pencetusnya, dan 3 kali maksimal 6 kali semprot saat serangan asma terjadi.
Berhubung sedang puasa, gue pun nawar ke Bu Dokter "bagaimana kalau semprotnya jadi satu kali saat sahur menjelang imsak??"
Tetapi nggak ngizinin karena dokternya percaya kalau ini nggak batalin puasa. Hahah š¤£š¤£ Jadi, yasudah gue ikutin selama 2 minggu kedepan tiap jam 7 pagi dan jam 4 sore satu kali semprot meskipun gue tetap lanjut puasa setelahnya, tapi gue hitung batal puasa 14 hari. Hahah. Hitung-hitung sekalian diet pas ganti puasa nanti setelah ramadhan.
Kalau boleh jujur sebenarnya gue agak kurang suka sama migrasi ini. Soalnya bikin intensitas penggunaan obat gue menjadi lebih sering.
Berhubung migrasi yang gue lakukan masih dalam tahap percobaan selama 2 minggu kedepan sambil didampingi obat lama Ventolin jika khawatir responnya ternyata lebih lambat.
Jadi, gue mikir okelah. Lagian kebaikan kondisi pasien sebenarnya terjadi kalau kita percaya dengan dokternya. Setuju kan?? Jadi, semisal efeknya bagus alias gejala dan serangan asmanya bisa terkontrol. Kemungkinan gue bakal pakai obat ini seterusnya. Tapi kalau ternyata sama saja yasudah lanjut next step yang masih dipikirkan oleh Dokternya.
Yang jelas Bu Dokter nggak mau kalau gue masih rely sama ventolin. Dia tuh pengennya gue pakai obat ini biar dosisnya bisa dikurangi seiring waktu berjalan. Karena jika berhasil, gue bisa hanya butuh 1x semprot per 3 hari. Sounds great right??
Tapi ya gitu, buat lulus tahap ini gue harus melewati 2 minggu dengan catatan :
- Gejala siang hari = kurang dari dua kali per minggu
- Tidak ada hambatan aktivitas
- Gejala Malam/bangun tengah malam = tidak ada per minggu (Ini agak susah sih, soalnya gue kalau paginya abis capek banget pasti malamnya sulit tidur karena batuk-batuk)
- Serangan Asma = kurang dari dua kali per minggu
- Peak Expiratory Flow Rate atau seberapa cepat seseorang menghembuskan nafas harus berada diatas poin 80% atau lebih baik
Kalau semisalnya gagal, Katanya Bu Dokter mau ambil langkah buat terapi penyuntikan Zat Omalizumab Xolair yang bakal mengikat IgE atau antibodi E sehingga IgE bebas dalam tubuh berkurang dan serangan asma jadi bisa lebih terkendali. Tapi muahaleeee puol š¤£. Gue nggak tahu ini bakal dicover asuransi atau nggak. Yah kalau nggak, gue nggak mau lah.. wkwkwk :P yakali.
Doakan semoga hasilnya bagus ya.. hehe
Sekian cerita gue kali ini.
Note : Buat penderita asma lain yang baca postingan ini. Please, jangan menyamaratakan kondisi kalian dengan gue yah.. Karena pengobatan terbaik harus berdasarkan diagnosa dokter. Jadi, jangan lupa kontrol ke dokter buat cek kondisi. Walaupun asma nggak bisa sembuh, tapi masih besar harapannya buat kita yang pegang kendali. šš
Kapan Nikah, Yu?? šš
Doa gua sih semoga makin jinak ya itu si doi. Soalnya jujur, gua tuh udah sawan dluan kalau lihat lu lagi kambuh. Tapi salutnya gua tiap lu lagi kambuh tuh, lu bawaannya tenang. Gua sama Toni yang malah panik.
Mungkin emang karena lu udah sering ngadepin situasi kaya ini jadinya lu agak tenang pembawaannya. Tapi ya tetap aja, lu harus lebih aware sama kondisi ini. Jangan sampai asma lu kambuh terus obatnya nggak respon sama sekali. Apalagi lu sendirian?
Btw gimana rasanya buka puasa sendirian? Wkwk
Itu orang yg ngerokok nggak tau tempat, egois berarti.
Semoga cocok Dut sama obat barunya. Tapi menurut gue orang asma ngirup obat asma nggak batal puasanya. Kalau keitung batal mah atuh susah buat yang punya asma. Sebenarnya kan fisiknya merea kuat hanya nafasnya aja yg kadang sesak dan susah.
Cuma bisa ikut mendoakan yang terbaik.
Ngebayangin serangannya aja nggak kuat :'(
Tetap semangat ya Bay :)
Etapi nitip pertanyaan ke dokternya rahasianya apa masih tep cantip di usia 40an, wkwkwk
Eh, tapi boleh juga tu pasa bayar ganti puasa niatkan diet. Berat bada juga ngaruh sama serangan sesak.
Semangat menjalani puasa ya Bay!!
Temanku ada yang asma juga tapi dia sekarang udah jarang banget kambuhnya. Bayu juga pasti bisa seperti itu šŖš»
Btw, aku baru tahu kalau obat semprot itu dipakai hampir tiap hari, aku pikir pas lagi kambuh aja. Atau karena tingkat penyakitnya tinggi jadi harus dipakai tiap hari?
#sebagai mantan anggota Palang Merah Remaja aku sedikit banyak sih dikasih tahu cara penanganan pertama orang pingsan, tapi kalau ada ketambahan penyakit kompleks kayak asma ya ini aku jadi belajar lagi..hihi......
dan yak aku setuju pas bagian upaya nulungin penderita asma dadakan jangan langasung dicap atau dijauhi karena ketidaktahuan misal nuduh covid...meski ya kalaupun kena covid tetep ga boleh digitukan juga hihi. artinya tetep sama sama empati. Kalau nemu yang asma cepetan ditolong..kalau covid tentu ada mekanismenya tersendiri..
pasti ini bermanfaat banget untuk penderita asma karena sudah disertakan juga referensi obatnya..juga gimana cara konsumsinya..walau modelnya disemprot #eh tapi salut juga loh..ternyata biar kata ada pandangan ulama yang bilang ini ga mbatalin ama dirimu tetep diitung diganti di lain hari. Keren keren!
Sehat sehat terus ya Bayu :)
Dan untuk perokok, HHHHHHHH aku nggak ada masalah sebenernya sama mereka asal ngerokoknya di tempat yang udah disediakan dan asapnya nggak mengganggu orang lain. Serah dah lu mau ngerokok mau gimana, pokoknya sesuai aturan kalau lagi di tempat umum. Kasian sama orang-orang yang nggak bisa kena asap rokok huhu. Semoga perokok pada banyak yang sadar dan bisa tertib merokok kayak mas Toni.
Aku masih mengandalkan ventolin, udah sahabat karib banget sama ventolin mah sampai masuk daftar barang wajib beli tiap 2-3 bulan sekali š Kata dokterku juga belum butuh yang lebih, jadi kalau baca dari ceritanya Mas Bayu, kayaknya asmanya Mas Bayu ini lebih mudah ke-trigger yaa? Soalnya obatnya udah pakai yang kontroller gini. Budheku juga dulu sempat pakai obat ini kalau ga salah, rada familiar sama kemasannya.
Btw obatnya ga bisa dipakai pas jam sahur sama buka aja gitu Mas Bayu? Ga bisa weey itu dokternya kan udah ngomong wkwkwk.
tetap semangat
bener banget orang sini engga begitu aware sama kondisi sekitar terutama masalah merokok
padahal asap rokok kan emang pencetus asma yang cukup mudah ya mas
kalau aku karena kena GERD bakal kena sesak napas kalau pas kumat, pas asam lambung naik
biasanya pas enak enak tidur tiba tiba engga bisa napas
baru bisa napas kembali kalau udah bisa sendawa atau muntah
semoga gangguan asmanya ngga terlalu mengganggu puasanya, ya!
Ngomong-ngomong di keluargaku juga ada yang punya asma, Mas. Ada Kakak sepupu sama budhe. Alhamdulillah Kakak sepupu udah lama gak kambuh lagi. Sementara budhe masih sering kambuh, terakhir beberapa hari yang lalu bahkan harus opname š. Tapi Alhamdulillah, sekarang beliau udah pulang dan kondisinya membaik.
Makanya aku tuh suka kesel juga, kalau ada orang yang merokok sembarangan. Soalnya orang terdekatku kalau kena asap rokok juga sering kambuh asmanya š. Please ya kalian para perokok, merokoknya lihat-lihat tempat, lah. Jangan di tempat umum..š£
membaik dan rutin kontrolnya ya :d semoga terapi barunya memberi hasil yang baik :'
Cm kalo menurut cerita, balik ke Indonesia, pak suami membaik asmanya. Sampe skr ga prnh kambuh lagi sedikitpun. Tapi Kaka iparku masih, dan malah nurun ke anaknya. Itu ga bisa kena hujan, pasti biasanya kumat.
Makanya aku heran, ini pak suami sembuh, ato hanya dormant asmanya :p ?
Cm dr awal pacaran dia ngasih tau tuh kalo dia ada asma duluuu, jd dia ga bisa Deket org ngerokok. Kebetulan pas awal pacaran aku msh perokok berat wkwkkwkk . Dia minta aku stop jadinya. Ya ga bisalaaah lgs stop :p.
Cm aku tau diri, ga prnh lagi ngerokok depan dia. Tapi akhirnya berenti total pas beberapa bulan nikah kok :p. Memang harus keinginan sendiri itu sih. Ga bisa disuruh2.
Pernah jg aku bikin tulisan soal rokok dan bahas aturan rokok di Indonesia yg kurang nampol.
Emg serba salah sih, mao ditegesin tp pendapatan negara gedenya dari bea cukai rokok huft š belom lagi beasiswa2 itu jg banyak kan dari pabrik rokok ckck
Buat Toni, kurang2in ya Toniiii. Temenku papanya kena kanker paru karena rokok. Bukan nakut2in tapi lebih baik cari enaknya ke yg lain jgn rokok š
Btw bayu, makasih y tulisannya bikin nambah ilmu. Ternyata asma tuh ada tingkatan2nya gitu ya. Pasti berat bgt sih ya ngindarin yg bikin pemicunya. Apalagi di indo yg polusinya naujubile min jalik.... š¶
Semoga asmanya bisa lebih terkendali dan ga kumat2 ya bayu
langkah langkah untuk yang menderita asma, aku juga kurang paham
ternyata emang kudu rajin kontrol ke dokter ya kak Bay
tapi memang kalau terlalu lama deket sama asap rokok, kadang aku terganggu juga pernafasannya tapi nggak sampai ke tanda tanda asma