Seribu Wajah Ayah by Nurun Ala #JanexLiaRC
"Bay, baca geh Seribu Wajah Ayah... Lu pasti nangis Bombay deh..."
Guee "Oyeee??" 😂
Otewelah gue ke Gramedia terdekat setelah Medical Check Up Tahunan..
Seperti biasa, sebelum otak dihasut sama banyaknya buku yang berjejer di rak. Gue langsung Sprint ke Mba Petugas menodong dengan list buku bacaan yang pengen gue beli Bulan Maret awal..
"Mba... Seribu Wajah Ayah, Home Sweet Loan, Wizard bakery, sama Off The Record 3 ya.. Terimikicih 😂"
Gue langsung bergegas menuju kasir begitu mendapatkan bukunya tanpa babibu tengok kanan-kiri *sebelum kalap* And You Know What?? Gue dapat potongan 160 rebu 😇😇Ahh senangnyaaa 😇 *Sujud Syukur
***
Blurb
Malam ini, kamu dipaksa untuk menengok ke belakang sampai lehermu pegal. Kamu dipaksa untuk berkejar-kejaran dengan waktu untuk kembali memunguti potongan masa lalu. Beragam Ekspresi wajah ayahmu seketika hadir membayang: Bahagia, Sedih, Bangga, Marah, Murung, Kecewa, dan aneka ekspresi lain yang kamu terlalu lugu untuk mendefinisikannya. Meskipun begitu, kamu yakin betul masih banyak wajah yang ia sembunyikan di hadapanmu. Juga, yang tak benar-benar kamu perhatikan karena kamu terlalu asyik dan sibuk dengan duniamu.
Ada sesal di sana, tentang ketulusan yang kamu campakkan. Tentang rindu yang dibawa pergi. Tentang budi yang tak sampai- dan memang tak akan pernah terbalas. Seribu wajah ayah sekalipun yang kamu kenang dan ratapi malam ini, tak 'kan pernah mengembalikannya..
Pas baca Blurbnya, gue udah kaya yang ancang-ancang masuk kamar ambil posisi tiduran.
To be Honest,,, Yess. Memang tepat prediksi teman gue yang merekomendasikan buku ini. Asli ini buku bikin gue nangis bombay 😁. Literally nangisnya tuh sampai sesenggukan. Hahah. Sepertinya ini bakal jadi buku tersedih yang gue baca Tahun ini karena isinya tuh beneran Deep banget. Baca Kisah Tokoh Ayah dalam buku yang tak disebutkan namanya bikin gue mikir betapa beratnya Beban yang harus seorang Ayah pikul.
Gue bahkan berpikir, Bokap gue yang jarang bercerita… Apa ada keluh-kesah yang selama ini beliau pendam. Toh, beliau juga manusia kan yang nggak pernah jauh dari masalah. Apalagi semenjak nyokap nggak ada, mba gue menikah dan ikut suaminya, gue yang kerja, dan posisi beliau yang pensiun.. Selama di rumah, apa beliau pernah kaya yang kesepian dalam menjalankan kehidupan sehari-hari.
Gue menyesal karena dulu gue nggak cukup peka untuk melihat itu. Setiap pulang kerja gue selalu memborbardir beliau dengan keluhan hari gue yang capek tanpa memperdulikan kondisi beliau. Hebatnya bokap gue adalah, gue nggak pernah melihat beliau melamun atau bermurum durja. Selalu terlihat sehat dan senang.
Bet, gue bukan anak yang baik, yang masih Egois dan selalu sibuk dengan Dunianya sendiri. Padahal dulu sewaktu kecil, gue pernah jadi Anak kesayangan Bokap. Yang apa-apa selalu Bokap. Antar-Jemput Sekolah. Main kuda-kudaan. Bacain gue cerita si Kancil. Menjadi sosok Inspirasi. Tidur sekamar bareng Nyokap-Bokap.. Bahkan sampai gue kuliah di Semarang pun. Gue selalu tidur di kamar Bokap Nyokap setiap menjelang waktu balik ke Semarang.
Baca buku ini sukses membawa gue balik ke Masa Lalu. Dimana semuanya masih dalam keadaan Normal, Masih dalam bentuk Keluarga yang Utuh, Rumahpun masih ramai dengan Obrolan-obrolan penghuninya.. Nggak terasa hingga Sang Waktu membawa perubahan yang cukup besar ke dalam Rumah Mungil ini.
Intisari
Buku dengan jumlah 134 halaman ini berisi tentang Perjalanan Kenangan dalam 10 foto yang dilakukan oleh Tokoh Aku terhadap Ayahnya yang telah tiada. Pada dasarnya buku ini berisi tentang Penyesalan sang Anak menjalani keputusan yang Ia ambil dalam menjalani kehidupan Dewasa.
Gue rasa hampir semua anak pernah berada disatu posisi di mana Kita merasa sudah cukup dewasa dan mengambil keputusan secara sepihak tanpa dibicarakan dengan orang tua. Padahal bisa jadi apa yang kita putuskan bertentangan dengan pendapat mereka.
Pelajaran yang gue dapat dari Tokoh Aku adalah “Seandainya dia berani untuk bicara dan menjelaskan. Gue rasa sang Ayah akan menerima ketimbang Diam pasca perdebatan yang terjadi. Karena sejatinya kunci dalam keluarga adalah Bicara..”
Yang gue suka dari buku ini adalah Semi Fiksi. Kenapa? Karena banyak sisipan nasihat melalui lensa Agama Islam dan sepenggal pengalaman orang hebat didalamnya. Jadi selama baca buku ini, pesan dan pelajaran hidup tersampaikan secara langsung.
Apalagi di bagian Epilog yang terasa seperti mengemas kembali perasaan mengenang kita yang berceceran setelah membaca kisah mereka dan mengatakan bahwa hidup tetap harus berlanjut. Bagian yang paling gue suka adalah :
“Hidup selalu tersusun oleh kontradiksi-kontradiksi yang membentuk keseimbangan. Cinta berlangsung selama kebencian tetap ada. Kita hanya akan memahami arti kebaikan bila kita tahu betapa menyebalkannya keburukan. Kebahagiaan yang membuncah hanya akan terasa bila kita pernah merasakan kesedihan yang dalam…” Hal 126
Kemudian ditutup dengan tag “Selalu ada hal lain yang lebih bijak dari mengenang; membuat cerita baru yang lebih Indah… 😉”
Sekian review ala kadarnya dari gue untuk buku ini.. Nilai gue 9/10.. Buku bagus yang bisa dihabiskan dengan sekali duduk.
Terimakasih yang sudah Baca…
Love - Sibayukun.. 😘
Kalau kata Guy Sebastian dalam lagunya berjudul Choir : “Don’t wait till They go home…”
Terima kasih sudah mengulas buku ini, Bayu! Sekarang aku jadi ada gambaran mengenai isi dari buku ini 🥺. Keep strong, Bayu!
mau ditahan kayak apa, ya mewek, apalagi kalau ceritanya nyentuhh
Tapi tetep sih, kalo jauh begini suka kangen, nelpon2an, becanda.. tapi lagi2 pas Deket ribut Mulu 🤣🤣.. dah laaah mungkin aku dan ortu memang nyaman begini, jauh tapi saling kangen 😄.
aiiish....baca blurbnya aja udah bikin menahan mewek...tapi bay...aku yang semodelan ini dan sukses mewek sampe mingseg mingseg justru baca bukunya hwang sun mi yang the hen that would dream she could fly...hahahhahah...kalau yang itu hubungan ibu-anak. Dan sukses bikin mewek walaupun cerita hewan alias fabel. Kalau yang ini dari segi ayah anak. Semuanya kalau nyangkut orang tua anak. Anak orang tua...udah deh dijamin mengharu biru #maklum anaknya mellowan. Terlebih untuk sosok yang titel ya adalah pencari nafkah hmmmm rasanya ingin selalu mendoakan, menyemangati dan semua yang baik baik. Seorang laki-laki yang telah menjadi ayah memang segitu berat tanggung jawab yang dipikulnya. Dan kadang anak-anak ga tahu soalnya ada modelan yang memang susah mengungkapkan rasa sayang. Terutama yang modelan agak konservatif (((maksudnya pola komunikasi ortu anak era jaman dulu)))). Ada juga yang anak nempelnya ke ibunya. Jadi meski dilihat dari visual ama ayah ga deket, tapi sebenernya ayah justru support jauh lebih banyak dengan cara lain yang kadang ga diketahui secara kasat mata...hehehhe...pokoknya semangat untuk semua ayah, yang sudah jadi ayah, dan calon-calon ayah...
bagus reviewnya, gampang dimengerti bay heheh
Akutu termasuk anak papa dari kecil. Papa yang hampir mengiyakan keinginan anaknya (bukan dimanja lho yaa). Pernah aku merasa "risih" dikit-dikit ditanya-tanya sama papa walau udah berkeluarga gini. Tapi setelah lahiran anak kedua kemarin dan menghabiskan waktu lebih banyak bersama orangtua, rasanya nyeselll banget kenapa harus merasa demikian )):
Bukunya cukup tipis yaa, Mas Bayy. Tapi dahsyat sekalii dampaknya pas baca 😂